TAFSIR BIL MA’TSUR, TAFSIR BIR RA’YI DAN TAFSIR ISYARI
MAKALAH
(Kelompok 1)
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ulumul
Qur’an II
Dosen Pengampu :
Afiful
Ikhwan, M.Pd.I
Oleh :
Abdul Rokhim 2013471908
Arfian
kurniawan 2013471916
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
SEMESTER III
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
MUHAMMADIYAH
TULUNGAGUNG
Oktober 2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji hanya milik Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Ulumul Qur’an II tentang tafsir bil ma’tsur, tafsir bir
ra’yi dan tafsir isyari.
Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW besertakeluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan
Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, saya sadar bahwa dalam
menyusun makalah ini banyak yang membantu terhadap usaha saya, mengingat hal
itu dengan segala hormat saya sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada :
1.
Bapak
Nurul Amin
M.Ag selaku ketua STAIM Tulungagung.
2.
AfifulikhwanM.Pd.I
selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an II.
3. Rekan-rekan
Mahasiswa-Mahasiswi yang telah membantu terselesainya tugas makalah ini.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut
saya hanya dapat berdo'a dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih
payah mereka menjadi amal soleh di mata Allah SWT. Amin.
Dan dalam penyusunan makalah ini saya sadar
bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu saya mengharapkan
kritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya saya tetap berharap semoga makalah
ini menjadi butir-butir amalan saya dan bermanfaat khususnya bagi saya dan
umumnya bagi seluruh pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.
Tulungagung, 06 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah.................................................... ......... 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................... ......... 2
C.
Tujuan Masalah.................................................................. ......... 2
BAB II PEMBAHASAN
TAFSIR BIL MA’TSUR,
BIR RA’YI DAN ISYARI
A.
Pengertian tafsir bil ma’tsur, bir ra’yi dan
isyari ............................. 3
1.
Tafsir bil ma’tsur ................................................................. 3
2.
Tafsir bir ra’yi ..................................................................... 5
3.
Tafsir isyari ......................................................................... 6
B. Karakteristik
tafsir bil ma’tsur, bir ra’yi dan isyari
...................... 7
1.
Tafsir bil ma’tsur ................................................................. 7
2.
Tafsir bir ra’yi ..................................................................... 7
3.
Tafsir isyari ......................................................................... 9
C. Tokoh tokoh tafsirbil ma’tsur, bir ra’yi dan isyari.......................... 10
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al Qur'an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Al
Qur`an juga menjadi penjelasan, dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu
menjadi pembeda antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia mendapatkan
petunjuk dari al Qur`an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan akan
meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk al Qur`an
tersebut.
Perkembangan hidup
manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan akal pikirannya.
Hal ini jelas mempunyai pengaruh dalam pemahaman terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
Pada abad pertama Islam, para ulama sangat berhati-hati dalam menafsirkan
ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan sebagian para ulama bila ditanya mengenai satu
ayat, mereka tidak memberikan jawaban apapun.
Namun pada abad-abad
berikutnya, sebagain besar ulama berpendapat bahwa setiap orang boleh
menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an selama ia memiliki syarat-syarat tertentu
seperti : pengetahuan bahasa yang mencakup Nahwu, Sharaf, Balaghah, juga Ilmu
Ushuluddin, Ilmu Qira’ah, Asbab al-Nuzul, Nasikh-Mansukh, dan lain sebagainya.
Sejarah penafsiran
Al-Qur’an dimulai dengan menafsirkan ayat-ayatnya sesuai dengan hadits-hadits
Rasulullah Saw, atau pendapat para sahabat. Penafsiran demikian terus
berkembang sehingga dengan tidak disadari telah bercampur dengan hal-hal yang
berbau Israiliyat (kisah-kisah yang bersumber dari ahli kitab yang umumnya
tidak sejalan dengan kesucian agama atau pemikiran yang sehat). Hal ini
mengakibatkan sebagian ulama menolak penafsiran yang menggambarkan
pendapat-pendapat penulisnya atau menyatukan pendapat-pendapat tersebut dengan
hadits-hadits atau pendapat-pendapat para sahabat yang dianggap benar.
Demikianlah hingga
kemudian muncul beraneka corak tafsir, ada yang berdasarkan nalar penulisnya
saja, ada pula berdasarkan riwayat-riwayat, ada pula yang menyatukan antara
keduanya.
B. Rumusan masalah
1) Apa pengertian Tafsir Bil Ma’tsur, Tafsir Bir Ra’yi dan Tafsir Isyari ?
2) Apa saja karakteristik dari Tafsir Bil Ma’tsur, Tafsir Bir ra’yi dan Tafsir
Isyari ?
3) Siapa saja tokoh-tokoh Tafsir Bil Ma’tsur, Tafsir Bir Ra’yi dan Tafsir Isyari
?
C. Tujuan
1)
Memahami cara
penafsiran dengan Tafsir Bil Ma’tsur, Tafsir Bir Ra’yi dan Tafsir Isyari.
2)
Dapat mengetahui maksud
dari ayat yang di tafsirkan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir Bil Ma’tsur, Bir
Ra’yi dan Isyari
1. Tafsir Bil Ma’tsur
Dinamai
dengan bil ma’tsur (dari kata “atsar” yang berarti sunnah, hadits, jejak, peninggalan)
karena dalam melakukan penafsiran, seorang mufassir menelusuri jejak atau
peninggalan masa lalu dari generasi sebelumnya, hingga kepada Nabi SAW.[1]
Tafsir bil ma’tsur adalah metode penafsiran dengan cara mengutip
atau mengambil rujukan pada Al-Qur’an , Hadist Nabi, kutipan Sahabat serta
Tabi’in.[2]
Ditafsirkan dengan Sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah, dengan
perkataan Sahabat karena merekalah yang paling mengetahui Kitabullah, atau
dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh besar Tabi’in karena pada umumnya mereka
menerimanya dari para sahabat.
1) Penafsiran
Al-qur’an dengan Al-qur’an
Contoh, seperti firman Allah :
وَالسَّمَاءِ
وَالطَّارِقِ
Artinya
: “Demi langit dan yang datang dimalam hari”. (QS. Ath- Thariq : 1).[3]
النَّجْمُ
الثَّاقِبُ
Artinya
: “Ialah bintang yang bercahaya”. QS. Ath-Thariq : 3
Kemudian firman Allah
‘Azzawajalla :
فَتَلَقَّى
آدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ
Artinya: “Kemudian
Adam memperoleh beberapa kalimat dari tuhannya (ia mohon ampun), lalu Allah menerima
tobatnya”. QS. Al-Baqarah : 37.[4]
Ditafsirkan
dengan firman Allah :
قَالَا
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Artinya : “Keduanya berkata, ya tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, jika engkau tidak ampuni kesalahan
kami dan tidak engkau kasihi kami, tentulah kami orang yang merugi”. QS.
Al-A’raf : 23.
Penafsiran Al-qur’an dengan
Al-qur’an adalah bentuk tafsir yang tertinggi. Keduannya tidak diragukan lagi
untuk diterimanya yang pertama, karena Allah SWT. Adalah sumber berita yang
paling benar, yang tidak mungkin tercampur perkara batil dari-Nya. Adapun yang
kedua, karena himmah Rasul adalah Al-qur’an, yakni untuk menjelaskan dan
menerangkan.[5]
2) Penafsiran
Al-qur’an dengan Hadits
Allah ‘Azzawajalla berfirman :
وَأَعِدُّوا
لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ
Artinya : “Hendaklah kamu sediakan untuk
melawan mereka, sekedar tenaga kekuatanmu … “. QS. Al-Anfal : 60.
Nabi SAW menafsirkan kata Al-quwwah (
قُوَّةٍ ) dengan Ar-Ramyu ( الرَّمْيُ ) yang artinya
panah. Sabda Nabi : “ingat,
sesungguhnya kekuatan adalah anak panah, ingat, sesungguh-Nya kekuatan adalah
anak panah”.
3) Tafsir
sahabat, tabi’in
Sesungguhnya
tafsir, para sahabat yang telah menyaksikan wahyu dan turunnya adalah memiliki
hukuman marfu’ artinya, bahwa tafsir para sahabat mempunyai
kedudukan hukum yang sama dengan Hadits Nabawi yang diangkat dari Nabi Muhammad
SAW. Dengan demikian, tafsir sahabat itu termasuk ma’tsur.[6]
Adapun tafsir para tabi’in dan ada
perbedaan pendapat dikalangan ulama. Sebagian ulama berpendapat, tafsir itu
termasuk ma’tsur, karena tabi’in itu bejumpa dengan sahabat. Ada pula yang
berpendapat, tafsir itu sama saja dengan tafsir bir ra’yi (penafsiran dengan
pendapat). Artinya, para tabi’in itu mempunyai kedudukan yang sama dengan
mufassir yang hanya menafsirkan berdasarkan kaidah bahasa arab.
2.
Tafsir Bir
Ra’yi
Secara etimologi, ra’yi berarti keyakinan (I’tiqad), analogi (qiyas), dan ijtihad.
Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad.[7]Tafsir
bir ra’yi ialah tafsir yang didalam menjelaskan maknanya atau maksudnya,
mufassir hanya berpegang pada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan
(istinbath) pun didasarkan pada logikanya semata.[8]Kategori
penafsiran seperti ini dalam memahami Al-Qur’an tidak sesuai dengan ruh
syari’at yang didasarkan pada nash-nashnya.
Tafsir
bil ra’yi ada setelah berakhir masa salaf sekitar abad 3 H dan peradaban islam
semakin maju dan berkembang, sehingga berkembanglah berbagai madzhab dan aliran
di kalangan umat islam. Masing-masing golongan berusaha menyakinkan umat islam
dalam rangka mengembangkan paham mereka. Didukung dengan banyaknya para ahli
tafsir yang telah menguasai berbagai disiplin ilmu, maka pada proses penafsiran
mereka cenderung memasukkan hasil pemikiran serta pembahasan tersendiri yang
berbeda dengan penafsir lain. Contohnya ada yang cenderung pada ilmu balagh
(imam al Zamakhsyari) , pembahasan aspek hukum syariah (imam al-Qurtuby) karena
individulisme seperti inilah banyak penafsir yang sampai mengesampingkan tafsir
yang sesungguhnya karena sibuk memasukkan idenya masing-masing.
3. Tafsir Isyari
Tafsir isyari
adalah penafsiran Al-Qur’an yang berlainan menurut zahir ayat karena adanya petunjuk-petunjuk
yang tersirat dan hanya diketahui oleh sebagian ulama’ atau hanya diketahui
oleh orang-orang yang mengenal Allah.[9]Dalam tafsir
ini, para mufassir berpendapat dengan makna lain tidak sebagaimana yang
tersurat daalm Al-Qur’an, tetapi penanfsiran tersebut tidak diketahui oleh
setiap insan, kecuali mereka yang hatinya telah dibukakan dan disinari oleh
Allah, dan termasuk golongan orang yang saleh.
Salah satu contoh bentuk penafsiran secara Isyari
pada surat Al Baqarah ayat 67
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ
تَذْبَحُوا بَقَرَةً
Yang mempunyai makna zhahir
adalah “......Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi
betina...” tetapi dalam tafsir Isyari diberi makna dengan “....Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih nafsu hewaniah...”.
B.
Karakteristik
tafsir bil ma’tsur, tafsir bir ra’yi dan isyari
1.
Tafsir bil
ma’tsur
a) Tafsir Al-Quran yang dibatasi dengan
menggunakan Al-Quran, sunah nabi, tafsir sahabat, dan tafsir
tabiin saja.
b) Bukan tafsiran setelah masa tabiin,
karena sudah tercampur dengan ra’yi atau
rasio manusia
yang dipengaruhi keadaan sekitarnya.
c) Jelas riwayat dan sanad-sanadnya.
Ada empat hal
yang menjadi sumber penafsiran bi
al-ma’tsur:
a) Al-Quran, hanya Al-Quran sendiri yang dipandang sebagai penafsir terbaik
terhadap Al-Quran.
b)
Hadits nabi Muhammad SAW, yang berfungsi sebagai mubayyin (penjelas)
Al-Quran.
c)
Penjelasan sahabat, yang dipandang sebagai orang yang banyak mengetahui Al-Quran.
d)
Penjelasan tabi’in, yang diaggap sebagai orang yang bertemu langsung dengan sahabat
nabi.
2.
Tafsir bir ra’yi
Tafsir ini mempunyai karakteristik antara lain :
1.
Penafsiranya
menerapkan rasio sebagai titik tolak
2.
Terlihat
lebih dapat dipahami bila dikatakan dengan masa sekarang
3.
Tafsirnya
akan terus berubah sesuai dengan corak zaman
4.
.tidak
berdasarkan pada apa yang dinukilkan dari sahabat atau tabi’in
Kekuatan dan Kelemahan Metode Tafsir bil ra’yi
1. Kekuatan
a.
Sesungguhnnya
Allah SWT telah memerintahkan kepada kita agar hendaknya suka merenungkan Al-Qur'an,
memperhatikan ayat-ayat dan supaya mendapat peringatan orang-orang yang
berakal" (QS.Shad:29).
b.
Allah
memerintahkan kepada orang-orang yang hendak menggali hukum agar kembali kepada
ulama'. sebagaimana telah dijelaskan dalam firman-Nya yang Artinya: kalau
mereka serahkan hal itu kepada rasul atau pada orang yang mempunyai urusan di
anatar mereka, niscaya orang-orang yang meneliti di antara mereka mengetahui
akan hal ini (QS.An-Nisa:83). Istinbath berarti menggali dan mengeluarkan
makna-makna yang mendalam yang terdapat di lubuk hati. Istinbath itu hanya bisa
dilakukan dengan ijtihad dan menyelami rahasia-rahasia Al-Qur'an.
c.
Kalau
tafsir dengan ijtihad tidak diperbolehkan, tentunya ijtihad pun tidak diperbolehkan,
dan tentu saja banyak hukum yang tidak tergali, sungguh ini tidak benar.
2. Kelemahan
a.
Sesungguhnya
tafsir bir-ra'yi adalah mengatakan sesuatu tentang kalamullah tanpa berdasarkan
suatu ilmu, ini jelas dilarang. Sebagaimna yang disinggung dalam firman Allah
SWT Artinya: ….. dan (supaya kamu) mengadakan perkataan Allahtentang sesuatu
yang tidak kamu ketahui.
b.
Adanya
ancaman sebagaimana tersebut dalam hadis bagi orang yang menafsirkan Al-Qur'an
dengan pendapatnya, yaitu sabda nabi SAW, yang Artinya : takutlah engkau
mengadakan perkataan terhadapku, kecuali apa yang engkau tahu. barangsiapa
berdusta atas aku dengan sengaja, maka ambil saja tempat duduknya di neraka.
Dan barangsiapa berkata tentang al-Qur'an dengan pendapatnya, maka ambillah
saja tempat duduknya di neraka (HR at-Turmudzi).
c.
Firman
Allah SWT Artinya : Dan Kami turunkan kepada engkau peringatan (al-Qur'an),
supaya engkau terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka,
mudah-mudahan mereka memikirkannya (QS.an-Nahl;44), Pada ayat itu Allah
menyandarkan keterangan kepada rasulullah SAW, karena itu dapatlah diketahui
bahwa tidak ada bagi selain beliau yang mampu memberikan keterangan terhadap
makna-makna al-Qur'an
d.
Para
sahabat dan tabi'in tidak mau berkata sesuatu tentang al-Qur'an dengan pendapat
mereka. Telah diriwayatkan dari Ash-Shidiq, sesunggunya dia berkata: Artinya:
di langit mana aku bernaung dan di bumi mana aku berpijak? bila aku berkata
sesuatu tentang al-Qur'an dengan pendapatku, atau berkata tentang al-Qur'an
dengan sesuatu yang tidak kuketahui?
3.
Tafsir isyari
1.
Penafsiranya
dalam al.quar’an al.karim tidak seperti zahirnya
2.
Penafsiranya
dengan suara hati nurani’
3.
Penafsiranya
hanya dapat di pahami bagi orang yang berilmu karna terdapat kesamaran dalam
penafsiranya
Tokoh-tokoh tafsir bil ma’tsur, bir ra’yi dan isyari
1.
Tafsir bil
ma’tsur
1) Ibnu Jarir
at-Tabari
Nama lengkap at-Tabari adalah Abu
Ja’far Muhammad Ibnu Ja’far Ibnu Yazid Ibnu Kas|ir.
2)
Ibnu Katsir.
Nama lengkap Ibnu Katsir ialah Abul
Fida ‘Imaduddin Isma’il bin syeh Abi Haffsh Syihabuddin Umar bin Katsir bin
Dla`i ibnu Katsir bin Zarâ` al-Qursyi al-Damsyiqi.
3)
As Suyuthy.
Nama lengkap beliau adalah Abdur Rahman
bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Al-Khudhari As-Suyuthi, yang diberi gelar
Jalaluddin atau Abul Fadhl.
Tafsir
bir ra’yi
1) Az-Zamakhsyari.
Nama lengkap Az-Zamakhsyari adalah Abul Qasim Mahmud
Bin Umar Al-Khawarizmi Az-Zamakhsyari.
2) Fakhruddin
Ar-Razi
Nama lengkap Imam Fakhruddin Ar-Razi adalah Shaikh
Al-Islam Muhammad bin Umar bin bin Al-Hasan At-Tamimy Al-Bakry Al-Qurasyi
At-Tibristani Ar-Razi Asy-Syafi’i Al-Asy’ari.
3)
Al Qurthubi
Nama lengkapnya Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin
Abu Bakr bin Farh al-Anshari al-Khazraji al-Andalusi al-Qurthubi.
4)
Tafsir isyari
1) Al-Alusi lahir dari keluarga besar yang terpelajar di Baghdad pada tahun
1217 H / 1802 M. Nama lengkapnya adalah Abu Tsana’ Syihab al-Din al-Sayyid
Mahmud Afandi al-Alusi al-Baghdadi.
2) Al-Allamah As-Sulamikaryanya adalah Haqa’iq
At-Tafsir.
3) Al-Naisaburykaryanyaadalah
Tafsir al-Qur’an al-Azhim.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tafsir bil ma’tsur adalah metode penafsiran dengan cara mengutip
atau mengambil rujukan pada Al-Qur’an , Hadist Nabi, kutipan Sahabat serta
Tabi’in.
2. Tafsir
bir ra’yi ialah tafsir yang didalam menjelaskan maknanya atau maksudnya,
mufassir hanya berpegang pada pemahamannya sendiri, pengambilan kesimpulan
(istinbath) pun didasarkan pada logikanya semata.
3.
Tafsir isyari adalah penafsiran Al-Qur’an yang
berlainan menurut zahir ayat karena adanya petunjuk-petunjuk yang tersirat dan
hanya diketahui oleh sebagian ulama’ atau hanya diketahui oleh orang-orang yang
mengenal Allah.
4. TafsirBil Ma’tsurmempunyaikarakteristiksebagaiberikut:
1.
Tafsir Al-Quran yang dibatasidenganmenggunakan
Al-Quran, sunahnabi, tafsirsahabat, dantafsirtabiinsaja.
2.
Bukantafsiransetelahmasatabiin,karenasudahtercampurdenganra’yiataurasiomanusia
yang dipengaruhikeadaansekitarnya.
3.
Jelasriwayatdansanad-sanadnya.
5. Tafsir
Bir Ra’yi mempunyai karakteristik antara lain :
1.
Tidak panjang
lebar
2.
Menggunakan
model tanya jawab dengan kata-kata
3.
Penafsiranya
menerapkan rasio sebagai titik tolak
4.
Terlihat
lebih dapat dipahami bila dikatakan dengan masa sekarang
5.
Tafsirnya
akan terus berubah sesuai dengan corak zaman
6.
tidak
berdasarkan pada apa yang dinukilkan dari sahabat atau tabi’in
6.
Tafsir
isyari
1.
Penafsiranya
dalam al.quar’an al.karim tidak seperti zahirnya
2.
Penafsiranya
dengan suara hati nurani
3.
Penafsiranya
hanya dapat di pahami bagi orang yang berilmu karna terdapat kesamaran dalam
penafsiranya
7. Tokoh-tokoh
tafsir bil ma’tsur :
1.
Ibnu Jarir at-Tabari
2.
Ibnu Katsir
3.
As Suyuthy
8. Tokoh-tokoh
tafsir bir Ra’yi :
1.
Az-Zamakhsyari
2.
Fakhruddin Ar-Razi
3.
Al Qurthubi
9. Tokoh-tokoh
tafsir isyari :
1.
Al-Alusi
2.
Al-Allamah
As-Sulami
3.
Al-Naisabury
DAFTAR PUSTAKA
http://agrinaa.blogspot.com/2012/12/makalah-al-quran-metode-tafsir-bil.htmldiakses pukul 10.36 tgl 06/10/2014
Syaikh Muhammad
bin Shalih Al Utsaimin,
Kitab Ushul fit Tafsir, hal.27
Al-Kamil, departemen agama
edisi tahun 2002, diterbitkan oleh CV Darus Sunnah
Al-Kamil,
departemen agama edisi tahun 2002, diterbitkan oleh CV Darus Sunnah
http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/11/29/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-bil-rayi/ pukul 10.26 tgl 06/10/2014
http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/11/29/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-
bil-rayi/ diakses pukul 10.26 tgl 06/10/2014
http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/11/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-bi-rayi.html
diakses pukul 10.31 tgl 06/10/2014
http://agrinaa.blogspot.com/2012/12/makalah-al-quran-metode-tafsir-bil.html
diakses pukul 10.36 tgl 06/10/2014
[3]Al-Kamil, departemen agama edisi tahun 2002, diterbitkan oleh CV
Darus Sunnah
[5]http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/11/29/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-bil-rayi/ pukul 10.26 tgl 06/10/2014
[6]http://studipemikiranquranhadist.wordpress.com/2013/11/29/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-bil-rayi/
diakses pukul 10.26 tgl 06/10/2014
[7]http://ruzirahmawati.blogspot.com/2011/11/tafsir-bil-matsur-dan-tafsir-bi-rayi.html
diakses pukul 10.31 tgl 06/10/2014
[8]http://mezazainul.blogspot.com/2012/03/al-tafsir-bi-al-matsur-dan-al-tafsir-bi.html
diaksespukul 10.57 tgl 06/10/2014
[9]http://makalahfull.blogspot.com/2013/05/tafsir-isyari.html
pukul 11.03 tgl 06/10/2014
[10]http://agrinaa.blogspot.com/2012/12/makalah-al-quran-metode-tafsir-bil.html
diaksespukul 10.36 tgl 06/10/2014